Halloween party ideas 2015

Pengalaman Menarik di Ataturck Airport, Istanbul

Bandara Ataturck, gambar dari google
Kami tiba di Bandara Internasional Istanbul-Turki pagi hari jam 6.10 waktu setempat. Nama bandaranya adalah Ataturck Airport. Kami tiba di terminal 1. Bandara besar berlevel internasional. Tempat bertemunya para penumpang dari beberapa benua. Asia, Eropa, Afrika, juga Australia. Saya tidak tahu apakah Amerika juga. Saya yakin YA. Sebab di sini, sebelum kami menemukan pos tunggu terakhir, Fonsi dan saya berbincang-bincang dengan seorang pemuda Afro-Amerika. Dia orang Chichago—kalau tidak salah ingat—dan mau ke Roma untuk jalan-jalan.

Kami keluar dari pesawat menuju pos-pos berikutnya. Hal pertama yang kami lakukan adalah mencari toilet. Saya yang duluan dan Fonsi menjaga tas dan koper saya di luar toliet. Gila, bagian bandara ini banyak. Tiap pos ada toilet, dan ruang informasi. Toiletnya juga bersih. Ya namanya bandara internasional. Seperti toilet di bandara Soe-Hat Cengkareng, atau bandara Adisucipto-Yogyakarta. Tidak saja bersih tapi juga wangi.

suasana dalam pesawat,
gambar dari google
Setelah membuang segala kepenatan, kami menuju ruangan pemeriksaan. Semua penumpang melewati bagian ini. Baik penumpang yang turun maupun yang transit seperti kami. Di sinilah indra harus peka. Ke pos mana saya akan pergi. Ada banyak pos, lengkap dengan keterangan. Cek petunjuk di tiket atau tanya ke ruang informasi, tunjukkan tiket asli jika masih bingung. Kami beruntung tidak terlalu rumit karena mudah menemukan petunjuk. Kami masuk ruangan ini dengan sedikit gemetar di jantung. Jangan-jangan kami ditahan—khususnya Fonsi—seperti yang kami alami di Cengkareng. Rupanya tidak. Kami lewat tanpa dicegat setelah ikat pinggang, jaket, tas saku, dilepas. Untunglah sepatu tidak dilepas seperti di Singapura dan Cengkareng.
pesawat turkish airlines,
gambar dari google

Dari pos ini kami melewati beberapa pos lainnya dengan lancar. Jalan lurus, belok kanan lalu kiri, lurus lagi, dan sebagainya. Juga naik tangga dan kemudian turun di ruangan pertama. Itu saja gambaran petunjuknya. Hanya untuk menemukan ini kadang-kadang sulit. Fonsi sekali bertanya ke tukang jualan dalam bandara tetapi tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan. Lalu saya minta dia mengikuti petunjuk yang tertulis dalam layar monitor. Dari situ, Fonsi tanya lagi ke petugas informasi dan mendapatkan informasi akurat. Kami harus turun menuju bagian yang tertera dalam layar petunjuk. Dan kami menemukan pos ini.

Di sinilah, kami berjumpa orang Amerika tadi. Kami berbincang-bincang dengannya. Fonsi yang memulai pembicaraan dengannya dalam bahasa Inggris. Dia juga menuju Roma. Dan kami sama-sama cek tiket. Rupanya satu pesawat dan satu grup tempat duduk. Saya dan Fonsi kemudian menyerahkan tiket dan pasport-visa untuk dicek di bagian imigrasi bandara. Ada pengalaman yang menurut saya lucu di bagian ini.
masuk di ruang pemeriksaan,
gambar dari google

Saya meledek petugas yang memeriksa tiket saya. Dia memang tampak serem, meledek semua penumpang. Lama dia meledek saya. Beda dengan penumpang lainnya yang diledek sebentar saja. Saya boleh emnduga penyebabnya. Dia mungkin merasa aneh karena antara foto saya di pasport dan di visa ada perbedaan. Apalagi melihat muka saya yang baru bangun dari tidur dan kusut kedinginan dalam pesawat. Tetapi akhirnya tiket saya juga dicap.

Kemudian kami duduk selama hampir 2 jam di pos ini. Saya melihat banyak orang yang menuju Roma dengan maskapi Turkish Airlines. Maskapi ini rupanya maskapi besar dan berlevel internasional. Saya menengok keluar dari ruang tunggu. Mayoritas pesawat yang transist di sini berlogo Turkish Airlines. Makin lama kami duduk, makin banyak barisan antrian ke bagian pengecekan tiket. Ini berarti makin banyak penumpang yang datang dan akan pergi ke Roma. Di pos lain juga banyak antrian. Tiap pos punya tempat pengecekan tiket.
monitor infromasi, gambar dari google

Kami berangkat dari Istanbul dengan pesawat bertipe Airbus A321. Sebelum naik pesawat, petugas membukakan pintu dan mengecek tiket para penumpang di pintu keluar, kemudian kami naik bis. Bis besar seperti yang dimiliki maskapi nasional di Indonesia, Garuda, Lion Air, dan sebagainya. Bagaimana perjalanan ke Roma? (bersambung)

Parma, 8 Januari 2014
Gordi


Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.