Halloween party ideas 2015

Cantiknya ‘Sunset’ di Laut Adriatico, Italia Tengah



Pemandangan sore kadang menjadi sesuatu yang indah sekali. Keindahan alami seperti ketika matahari terbenam. Tampak seperti hal biasa. Toh, setiap hari melihatnya. Tetapi, kenyataannya pemandangan itu lebih dari kesan biasa tadi.

Setelah kemarin menari-nari diatas Laut Adriatico, saya mencoba melihat keindahan lain dari laut ini. Keindahan itu memang tidak sengaja saya dapatkan. Boleh dibilang hanya kebetulan. Tapi bukan berarti datang begitu saja.

Ceritanya sederhana saja tetapi maknanya mendalam. Setelah makan malam, saat matahari masih bersinar, saya jalan-jalan keluar rumah. Tidak banyak kendaraan yang lewat di depan rumah kami. Saya pun dengan mudah menyeberang jalan.



Di samping jalan terpana pemandangan indah berupa dataran rendah dan tinggi di kota Ancona, Italia Tengah. Rata-rata berupa tanah miring dan tidak rata. Rupanya di situlah warga Ancona mencari nafkah. Dari tanah miring itu, mereka bisa membuat minyak zaitun, kebun anggur, jagung untuk makanan sapi, kacang-kacangan, dan produk lainnya.

Tanah itulah yang menjadi pemandangan yang indah di Italia bagian Tengah ini. Saya terpana sebentar melihat pemandangan itu. Beberapa hari ini memang, mata saya dimanjakan oleh pemandangan itu. Sampai-sampai saya pun selalu bertanya pada sahabat saya yang orang asli di Ancona dan sekitarnya ini. Dengan panjang lebar mereka menjelaskan dengan bangga tentang kehidupan warga di daerah ini.

Setelah puas mendengar penjelasan itu, saya menolehkan pandangan ke arah laut. Kebetulan rumah kami letaknya di bukit. Agak jauh dari laut. Sekitar 4 kilometer. Tetapi, dari sini, kami bisa melihat laut yang indah dan luas itu.



Sore itu, saya menatap lama ke arah laut. Mula-mula warna biru nan indah masih tampak. Mata saya pun bisa menangkap kapal-kapal yang berlabuh dari kejauhan. Demikian juga dengan mobil-mobil yang keluar masuk dermaga kapal barang.

Pelan-pelan, sekitar jam 9 malam, pemandangan mulai berubah. Matahari mulai redup. Sinarnya berubah menjadi kuning. Di langit masih ada warna biru tetapi mulai menua sehingga tidak jelas lagi awan birunya. Warna kuning pun pelan-pelan berubah menjadi merah.

Bukan saja tiga warna ini. Warna-warni lain pun muncul. Ada biru tua, kuning, merah, jingga, ungu, dan sebagian hitam. Sungguh pemandangan yang indah. Apalagi dipadukan dengan permukaan laut. Jadinya, matahari berada di tengah. Ada laut, matahari, lalu langit.



Pemandangan ini amat indah. Saya pun mengabadikannya dalam beberapa jepretan kamera saku. Pemandangan yang jarang saya dapatkan di kota Parma yang letaknya jauh dari laut. Keindahan ini pun menjadi sesuatu yang luar biasa bagi saya.

Sungguh sang Pencipta begitu baik. Kebaikannya seperti keindahan langit dan laut sore ini. Saya yakin, siapa pun yang melihat pemandangan ini akan terkagum-kagum. Hanya orang yang buta warna saja yang tidak bisa mengagumi keindahan ini.

Begitu banyak manusia yang tidak buta warna. Maka, keindahan ini pun semestinya menjadi kekaguman yang luar biasa bagi banyak manusia. Saya yakin orang Ancona pun akan selalu terkagum-kagum melihat pemandangan ini. Keindahan yang tidak membosankan. Inilah keindahan abadi. Keindahan yang tidak membuat bosan meski berkali-kali melihatnya.



Saat saya mengambil beberapa foto, burung-burung mulai mencari sarangnya. Entah memang bersarang atau cuma berteduh saja di balik rindangnya pohon. Atau mungkin sedang mencari tempat yang aman. Bagi burung ini, tempat tidur semalam memang tidak terlalu sulit. Dia bisa bertengger dan bahkan terbang jauh untuk mencari tempat yang nyaman.

Yang jelas, saya saya memandang laut yang indah ini dan menjepret beberapa foto, kicauannya menemani saya. Saya tidak sendiri rupanya. Saya memang berdiri di tempat yang miring, di bekas potongan rumput. Tanah itu miring. Ada bekas jalanan untuk mobil pemotong rumput. Ada juga jalanan masuk untuk satu rumah yang letaknya agak jauh ke dalam.

Di jalanan yang letaknya sekitar 4 meter dari tempat saya berdiri, lewat beberapa mobil. Rata-rata mobil ini, dari dan ke laut. Atau paling tidak, ke arah pusat kota Ancona yang letaknya di pinggir laut itu. Atau juga ke stasiun kereta yang letaknya di dekat pusat kota.



Jalanan tol dalam kota, dan jalanan di kota Ancona pun mulai bersinar. Bukan lagi sinar mentari tetapi sinar lampu jalanan. Warnanya tetap kuning tetapi berkas cahanya berbeda. Berbeda dari cahaya mentari, berbeda pula dari cahaya matahari terbenam tadi.

Saat ini, jalan-jalan disinari oleh cahaya khas lampu jalanan. Cahaya ini dipadu dengan sorotan cahaya lampu mobil yang berlalu lalang. Entah mereka ini menyaksikan juga indahnya ‘sunset’ tadi. Boleh jadi ya dan boleh juga tidak. Atau boleh jadi cuek saja toh sering melihatnya. Yang jelas pemandangan sore ini amat indah.

Mari menghargai keindahan alam. Entah dengan apa pun caranya. Mengaguminya juga merupakan satu cara menghargai keindahan alam. Di tempat wisata seperti kota Ancona ini memang banyak hal indah yang bisa didapatkan. Dari matahari terbit sampai terbenam. Bahkan, malam hari pun keindahan itu masih ada. Selalu ada. Terima kasih untuk keindahan yang tiada tara ini.



Sekadar berbagi yang dilihat, ditonton, dirasakan, dialami, dibaca, dan direfleksikan.


ANC, 25/7/2016
Gordi

Dipublikasikan pertama kali di blog kompasiana



Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.