Halloween party ideas 2015

 


Biasanya guru lupa akan muridnya. Karena jumlahnya banyak. Wajar jika tidak ingat. Tapi murid tak pernah sekalipun melupakan guru. Entah karena dia baik atau buruk. 

 

Hari ini, ada guru yang tidak lupa akan muridnya. Dia datang mengunjungi ketiga muridnya. Sudah lama mereka tidak berjumpa. Kesempatan kali ini pun menjadi reuni kecil.

 

Bagi Bapa Uskup Lui Tamniam, setiap kesempatan adalah sebuah kunjungan. Itulah sebabnya, kesempatan kecil pun dia manfaatkan untuk mengunjungi murid-muridnya di paroki kami. Sebagai seorang Uskup emeritus, dia mungkin punya banyak kesibukan. Tapi, di sela-sela kesibukan itu, ia tetap mengunjungi umatnya.

Bapa Uskup Lui juga selalu cepat membantu keuskupan yang membutuhkan pelayanannya. Kali ini, ia datang 1 hari sebelum hari H. Ia akan memimpin rekoleksi untuk para Imam di Keuskupan Nakhon Sawan pada Jumat ini. Dilanjutkan dengan memimpin Misa Pesta Paroki St Theresia Maesot, Thailand. Ia bisa saja datang pada Jumat pagi. Tapi ia memilih datang pada Kamis siang.

 

Ia pernah bekerja di Keuskupan ini. “6 tahun saya melayani, kemudian dipindahkan ke Keuskupan Agung Tharee,” tuturnya dengan suara lembut. “Saya melayani di Tharee selama 16 tahun,” lanjutnya sambil mengalihkan pembicaraan dalam bahasa Inggirs. Sekarang ia pensiun, tapi ia tetap melayani, termasuk datang mengunjungi umat yang pernah diasuhnya kala menjadi Imam dan Uskup di Keuskupan ini.

 

Suara lembut seorang kakek itu membawa kebahagiaan yang menyejukkan. Dua dari tiga orang mantan muridnya datang bertemu dengannya. Mereka kini sudah berkeluarga namun mereka tetap melihat Mgr Lui seperti bapak asuh mereka. Mereka juga bukan orang Katolik tapi kenal baik dengan kekatolikan. Di asrama, mereka dibina melalui nilai-nilai Katolik. Pendidikan ala Katolik sungguh merasuk di jiwa mereka yang Buddha dan Animisme. Mereka pun memilih tetap menghidupi nilai Katolik itu, tanpa menjadi orang Katolik. 

 

Terima kasih atas teladanmu Bapa Uskup. Sayang, foto-fotonya belum dikirim oleh sekretaris pribadinya. Saya pun menggunakan foto ini saja.

 

Km 48, 7/10/22

BK

 


Sambil tersenyum, ia mempersilakan saya duduk. Ia baru saja tiba entah darimana. Tapi, tidak ada waktu untuk istirahat baginya.

 

Ia memang bukan pekerja keras yang mengerjakan hal berat. Ia hanya pekerja ramah, yang sabar meladeni pelanggan. Ia bukan pegawai besar, tapi hanya seorang tukang cukur rambut. Sebagai pencukur, ia dituntut untuk sabar. Dan, dalam kesabarannya tersirat keramahan yang tiada tara.

 

Bagi saya, inilah tempat pangkas rambut terbaik. Sudah 3 tahun, saya datang ke sini. Bukan karena tidak ada tempat lain, tapi di sini, nyaman saja. Saya menemukan tempat ini saat tinggal di kota Maesot. Atas rekomendasi seorang teman. Kebaikan itu rupanya berantai. 

 

Bayarannya murah padahal pelayanannya super. Kalau tanpa kriteria ruangan ber-AC, tempat ini malah lengkap. Selain bisa kramas ada, pelayanan pangkas rambutnya pun lengkap. Selain rambut, jenggot dan kumis juga ikut dirapikan. Demikian juga dengan rambut di lubang hidung. Termasuk juga kotoran telinga dibersihkan. Sembari malas-malasan di kursi, kita dibuat tenang dan rileks. Kemudian ada pijat kecil. Dari tangan termasuk jarinya, kemudian sampai di kaki.

 

Meski di sini nyaman, tukang cukurnya ada yang ganti. Dulu, ada 4. Semuanya pria. Kemudian berkurang 1. Dibanding yang lain, yang satu itu memang sudah berusia. Tampaknya ia pensiun. Dari yang 3 itu, kemudian kurang 1. Tapi ada lagi 1 yang baru. Sedang dalam tahap pencobaan. 

 

Semua pekerjaan bisa jadi sumber cinta. Saya yakin, tanpa cinta, ketiga pencukur ini tidak akan melanjutkan profesi ini. Cintalah yang membuat mereka bertahan. Cinta juga yang membuat mereka tidak tergiur godaan. Bisa saja mereka menaikkan tarif. Tapi, 3 tahun berlalu, tarifnya masih sama. Murah meriah. Hampir 50% dari biaya pangkas rambut di tempat lainnya.

 

BBM naik tapi tarif mereka tetap sama. Apalagi kalau bukan kesabaran yang menjiwai mereka. Bayaran besar tampaknya bukan target mereka. Tapi, profesi kecil itu jadi tempat pelayanan yang prima. Buktinya, dalam ruang sederhana itu, pelanggan berdatangan. Memang tidak setiap hari rame. Tapi, kadang-kadang harus antri sampai 2 jam. 

 

Terima kasih pahlawanku.

 

MAESD, 27/9/22

BK

Diberdayakan oleh Blogger.